Mezbah Keluarga

Gereja adalah keluarga Allah yang berdiam di dunia. Sebagai keluarga Allah kita dimaksudkan untuk menikmati Tuhan dan menikmati relasi kasih persaudaraan di dalam kehidupan bergereja.  Kita beruntung memiliki gereja untuk menjadi wadah bagi kita untuk menikmati kehidupan sebagai keluarga Tuhan.

Namun, tidak berhenti sampai di sana… Tuhan pun memberikan kepada kita masing-masing keluarga dalam ikatan darah dan daging. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.  Masing-masing kita sekaligus adalah anak dan orang tua. Dan penting bagi kita untuk menjaga kehidupan rohani keluarga kita di rumah.  Disinilah pentingnya membangun mezbah keluarga.

Keluaran 6: 4-7

4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!  5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,  7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

Sebagaimana Kristus adalah kepada gereja, Kristus seharusnya juga adalah kepala agung dalam keluarga Kristen.  Kristus adalah pusat kehidupan dalam keluarga. Dia yang menjadi alasan keluarga berdiri, dan Tuhan juga yang menjadi sumber kebahagiaan dalam keluarga.  Mezbah keluarga dimaksudkan untuk menempatkan Kristus sebagai yang utama dalam keluarga orang percaya.  Inilah yang disebut sebagai mezbah keluarga.

Sederhananya, mezbah keluarga merupakan waktu yang dikhususkan oleh seisi rumah untuk menyembah Tuhan bersama sebagai keluarga. Seluruh anggota keluarga dapat: [1] memuji Tuhan, [2] merenungkan firman Tuhan dan [3] berdoa bersama.  Tiga hal ini kelihatannya sama saja dengan aktifitas kita di gereja.  Jika memang sama, lalu mengapa harus dilakukan di rumah lagi?  Apa istimewanya ibadah dalam keluarga?

Mezbah keluarga merupakan pengingatan bahwa Kristus sebagai yang utama keluarga.  Kristus tinggal dalam rumah kita. Dia adalah Kepala Keluarga Agung yang dibutuhkan oleh seluruh anggota keluarga.  Mezbah keluarga merupakan saat perhentian dimana seluruh anggota keluarga diingatkan kembali bahwa Kristus hadir dalam rumah tangga kita.

Tidak ada perselisihan sebesar apa pun yang boleh meretakkan hubungan kasih di antara ayah, ibu dan anak-anak.

Tidak ada masalah seberat apapun yang sanggup menghancurkan rumah tangga kita.

Tidak ada masalah ekonomi sehebat apa pun yang dapat memporak-porandakan keluarga kita.

Tidak ada alasan untuk kuatir akan kehidupan kita—Kristus, Dia Allah yang menyediakan.

Tuhanlah alasan untuk menjaga kekudusan hidup suami istri.

Kristuslah alasan untuk menjaga perkataan satu sama lain.

Semua ini hanya dapat terjadi jika keluarga kristen sungguh-sungguh meninggikan Kristus dalam keluarga kita!

Dengan Kristus sebagai Kepala Keluarga yang Agung dalam mezbah keluarga, rumah kita akan menjadi rumah berkat.  Rumah kita tidak akan menjadi rumah yang penuh dengan kutuk, sumpah serapah, perselisihan, permasalahan; jika Kristus berdiam di dalamnya.

Dunia saat berada dalam titik terendah kehancuran moral masyarakatnya.  Kita hampir tidak dapat menyebutkan satu dosa pun yang belum pernah dilakukan oleh manusia. Segala hukum yang pernah Allah berikan telah dilanggar seluruhnya.  Manusia—bahkan orang-orang yang mengaku diri Kristen—tidak lagi terlalu peduli dengan “kehendak Tuhan”, yang terpenting adalah “kehendak saya” yang terpenuhi.

Seks bebas kaum muda. Perselingkuhan dalam rumah tangga. Ijin menikah bagi pasangan gay dan lesbian yang mulai banyak disetujui di banyak negara.  Anak berusia 11-12 tahun memperkosa tetangganya yang berusia 6 tahun.  Sampai kakek-kakek yang tega memperkosa cucunya sendiri.

Kecurangan-kecurangan dalam usaha.  Kotornya politik.  Korupsi yang terbuka. Polisi yang mudah disuap. Hakim yang selalu menunggu uang untuk memenangkan perkara.  Bahkan ada pendeta yang menggelapkan uang gereja di Jakarta.  Ada juga pendeta ketahuan berselingkuh dengan jemaatnya, tetapi tetap saja santai berkhotbah dan “melayani” tanpa merasa bersalah.

Dunia ini celaka. Bangsa kita Indonesia celaka. Keluarga kita pun terancam. Anak-anak kita terancam. Semuanya terancam oleh kehancuran moralitas dunia di segala aspek.  Apa yang dapat kita lakukan bagi keluarga kita? Anak-anak kita? Bagaimana kehidupan generasi masa depan?

Hai, para orang tua—dan hai kamu anak-anak muda yang akan menjadi orang tua kelak—, engkau bertanggung jawab kepada Tuhan akan kehidupan keluargamu! Akan menjadi apakah anak-anakmu kelak, akan sangat tergantung pada apa yang kita berikan bagi mereka sebagai modal hidup?

Mezbah keluarga merupakan sarana terbaik untuk membangun kehidupan rohani yang baik bagi seluruh anggota keluarga.  Renungan firman dan doa yang dinaikkan akan memberikan Alkitab sebagai firman Tuhan menjadi standar kebenaran yang mutlak bagi kehidupan anak-anak.

Orangtua, sebagaimana layaknya pendeta atau hamba Tuhan dalam gereja, memiliki tanggung jawab untuk menggembalakan kawanan umat Allah yang berada dalam rumah tangganya.  Ayah harus bertanggungjawab mengambil keputusan sebagai kepala keluarga untuk memulai mezbah keluarga.  Dengan demikian, Saudara dapat menemukan peran sebagai gembala keluarga untuk dapat mewariskan iman kita kepada istri dan anak-anak—serta seluruh anggota keluarga.

Tiga petunjuk praktis untuk memulai kehidupan mezbah keluarga.

Mulailah Sedikit demi Sedikit. Ingatlah bahwa tidak seorang pun mampu lari marathon tanpa berlatih sedikit demi sedikit terlebih dahulu. Hal yang sama berlaku untuk memulai kehidupan doa dalam keluarga. Tidak perlu mengumumkan bahwa kita akan mengambil setengah jam setiap hari untuk berdoa bersama, mulai hari ini!   Ini sangat tidak bijaksana, karena akan terdengar saat otoriter dan memaksa.

Ayah dan ibu dapat memberitahukan kepada anak-anak bahwa kita akan mencoba mulai berdoa bersama sebagai keluarga.  Seminggu sekali selama 15 menit saja pada malam hari. Tentukan waktu yang nyaman untuk semua anggota keluarga.  Jika ada anak yang bertanya, “Ngapain sich tiba-tiba aneh begini? Buat apa menghabiskan waktu untuk itu?”  Jawablah dengan bijak, “Papa mama ingin berdoa bagi kamu (semua anak-anak); dan papa mama ingin mendengar kamu berdoa bagi papa mama.”

Pekalah terhadap kenyamanan anak-anak. Ketika memulai mezbah keluarga, belajarlah untuk peka terhadap kenyamanan anak-anak dan semua yang ikut dalam ibadah itu. Pada prinsipnya, jangan sampai kehidupan doa keluarga ini menjadi hal yang bertele-tele dan malah dibenci oleh anak-anak.

Jangan membaca Alkitab panjang-panjang karena akan mengantukkan.  Jangan pula berdoa terlalu panjang sendirian.  Ingatlah bahwa penjahat di sisi Tuhan Yesus yang bertobat hanya mengucapkan satu kalimat sebagai doanya, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk. 23:42).

Aturlah agar semuanya terlibat. Walaupun mungkin si papa merasa keluarganya yang lain belum siap terlibat, jangan memaksa memimpin seluruh ibadah keluarga itu sendirian.  Misalnya, berikan kesempatan membaca Alkitab kepada mama. Lalu, ketika berdoa… mintalah anak-anak berdoa untuk papa mama dan keluarga.

Baik sekali jika sebelum saling mendoakan, masing-masing anggota keluarga mensharingkan apa yang menjadi pergumulan mereka untuk didoakan. Dengan cara demikian, orang tua dapat lebih mengerti pergumulan anak dan anak pun mengerti pergumulan orang tuanya.

3 thoughts on “Mezbah Keluarga

  1. Pingback: 2010 in review « Max125

Leave a reply to Erik IB Cancel reply